Sabtu, 05 Juli 2014

KEPEMIMPINAN UMAT ISLAM PASCA NABI MUHAMMAD WAFAT

PROSES & MODEL PEMILIHAN KEPEMIMPINAN PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
1.       Proses pemilihan kepemimpinan pada masa khulafaurrasyidin

a.       Proses pemilihan kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M/11-13 H)
Rasululloh SAW wafat pada hari senin, 12 Rabiul Awal 11 H/8 Juni 632 M. pada saat itu terjadi krisis kepemimpinan setelah ditinggalkan wafat oleh Rasululloh SAW yang mana pada saat itu terjadi perebutan kekuasaan anata kaum muhajirin, ansar dan Bani Hasyim. Dari kaum Muhajirin mengajukan Abu Bakar Ash-Siddiq, kaum Anshar mengajukan Sa’ad bin Ubadah dan dari Bani Hasyim mengajukan Ali bin Abi Thalib. Saat itu terdengar isu – isu tersebut ketelinga Abu Bakar dan Sa’ad bin Ubadah dan mereka segera menuju ke Saqifa Bani Sa’idah, pada saat akan terjadi pembai’atan Sa’ad bin Ubadah dan saat itu Abu Bakar pun langsung berpidato dan membahas secara terperinci jasa – jasa dari masing – masing karena mereka saling membanggakan diri mereka dan mencalonkan untuk menjadi peminpin. Dan Abu Bakar membandingkan jasa-jasa mereka dan kaum Anshar pun menyutujui dan memilih untuk menjadikan sebagai khalifah setelah mendengarkan pidato. Adapun isi pidato Abu Bakar setelah dia terpilih menjadi khalifah, “Saudara-saudaraku, sekarang aku telah kalian pilih sebagai khalifah, padahal aku bukan yang terbaik diantara kalian. Bantulah aku bila berada dalam jalan yang benar, dan perbaikilah bila aku berada dijalan yang salah. Patuhlah kepadaku sebagaimana aku  mematuhi Alloh dan Rasul-Nya, jika aku tidak mematuhinya maka janganlah sekali-kali kalian mengikutiku.” Abu Bakar menjabat sebagai khalifah selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.

b.      Proses pemilihan kepemimpinan Umar bin Khatab (634 - 644 M/13 - 24 H)
Abu Bakar menyadari bahwa kondisi dirinya semakin memburuk dan ia hawatir akan kepemimpinan sepeninggalnya kelak. Tapi ia piker tidak ada yang cocok untuk menggantikan jabatanya kecuali Umar bin Khatab, namun Abu Bakar ingin tahu pendapat umum. Setelah para sahabat senior  bermusyawarah ia langsung berpiato diatas balkon rumahnya untuk berpidato kepada para masa. Isi pidatonya, “Saudara-saudaraku, apakah kalian akan terima orang yang saya calonkan sebagai pengganti diriku? Saya bersumpah bahwa saya melakukan yang terbaik dalam menentukan hal ini. Dan saya telah memilih Umar bin Khatab sebagai pengganti saya, dengarkan saya,  dengarkanlah saya dan ikutilah keinginan saya.” Kaum muslimin menjawab : “Kam telah mendengar khalifah dan kami siap menuruti tuan. Kemudian Abu Bakar menyuruh Usman untuk membacakan naskah khalifah yang berisi penunjukan Umar sebagai khalifah. Abu Bakar pun wafat beberapa hari setelah itu pada hai senin tanggal 22 Agustus 634 M pada usia 63 tahun.

c.       Proses pemilihan kepemimpinan Usman bin Affan (644 - 656 M/24 - 36 H)
Umar bin Khatab menjelang wafatnya ia membentuk anggota dewan yang beranggotakan sahabat senior yaitu : Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Abdurahman bin Auf dan Sa’ad bin Abi Waqash dan dewan ini diketuai oleh Abdurahman bin Auf. Tatatertib yang harus disepakati oleh semuanya yaitu musyawarah untuk mufakat dan suara terbanyak berhak menjadi khalifah. Berikut adalah factor yang membuat alot pemilihan :
ü  Mayoritas rakyat menghendaki Usman sebagai khalifah
ü  Terdapat perpecahan di anggota dewan, yaitu Abdurahman bin Auf menhendaki Usman bi Affan dan Sa’ad bin Abi Waqash menghendaki Ali bin Abi Thalib
ü  Thalhah bin Ubaidillah tidak diminta pendapatnya karena berada diluar kota
ü  Usman dan Ali masing – masing berkeinginan menjadi khalifah
Bekat kerja keras dan keuletan Abdurrahman bin Auf atas dasar musyawarah mufakat akhirnya diputuskan Usman bin Affan menjadi khalifah, saat itu berusia 70 tahun dan dilantik pada bulan Zulhijjah 23 H.

d.      Proses pemilihan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (656 - 661 M/36 - 41 H)
Kota Madinah dilanda huru-hara selama lima hari karena terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Usman bin Affan karena tidak setuju dengan kebijakan yang diajukanya, saat itu mulailah diajukan Ali sebagai khalifah oleh Guberneur Mesir yaitu Abdullah bin Saba dan disetujui oleh mayoritas umat islam. Pada awalnya tidak menginginkan dan tidak mau dan akhirnya Ali pun mau, akan tetapi Gubernur Syiria yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, tapi itu dihiraukan.

2.       Model pemilihan kepemimpinan pada masa khulafaurrasyidin
1.      Model demokrasi murni sperti pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2.      Model demokrasi terpimpin sperti pada Khalifah Umar bin Khatab
3.      Model demokrasi iberal sperti pada Khalifah Usman bin Affan
4.      Model aklamasi sperti pada Khalifah Ali bin Abi Thalib

STRATEGI KEPEMIMPINAN KHULAFAURRASYIDIN

1.       Strategi kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq
a.    Menjungjung tinggi persatuan dan kesatuan umat Islam
b.   Menjaga stabilitas keamanan dalam negri demi keamanan dan kenyamanan umat Islam dalam beraktifitas
c.    Meningkatkan kesejahteraan umat

2.       Strategi kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab
a.      Menjungjung tinggi keadilan dan membasmi kedzaliman
b.      Menanamkan sikap disiplin tinggi pada semua lapisan masyarakat
c.       Menjaga stabilitas dalam dan luar negri

3.       Strategi kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan
a.      Melakukan perubahan dibidang pemerintahan dan kemiliteran
b.     Menyatukan pembacaan huruf – huruf, ayat – ayat, dan surat – surat Al – Qur’an
c.      Membentuk armada angkatan laut yang bermarkas di syiria

4.       Strategi kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
a.       Mengganti para gubernur yang dianggap korup
1.      Mu’awiyah bin Abi Sufyan sebagai Gubernur Syiria
2.      Ibnu Amir sebagai Gubernur Basrah
3.      Abdulloh sebagai Gubernur Mesir
b.      Menyita aset – aset Negara yang telah diselewengkan oleh para pejabat yang korup
c.       Menciptakan ilmu tata bahasa Arab

Sekilas Ayam Kampus

            menurut samuel huntington memberikan pengertian peradaban sebagai nilai-nilai, institusi-institusi, dan pola pikir yang menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat dan terwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Menggaris bawahi dari pengertian tersebut “terwariskan dari satu generasi ke generasi lain”. Melihat situasi zaman sekarang ini, kita telah diwarisi suatu peradaban yang sangat maju. Dari kemajuan tersebut sehingga menciptakan persaingan hidup yang sangat kuat. Setiap individu dituntut harus bisa bersaing mengikuti itu semua. Maka individu tersebut harus memiliki personal skils yang dapat dijadikan modal awal mengikuti kemajuan zaman ini.
            Memperhatikan di negara ini seseorang yang mempunyai skill yang tinggi masih dinilai dari  tingkat tingginya pendidikan terakhir yang diperoleh. Tanpa melihat kemampuan lain yang dimiliki dari masing-masing individu tersebut. Sehingga banyak orang menganggap pendidikan formal itu segalanya. Dan mereka berjuang untuk mendapatkan pengakuan tersebut dengan meraih gelar sarjana. Karena menganggap dengan memperoleh gelar sarjana dapat menambah cerah masa depan. Menyadari hal tersebut pemerintah masih lupa untuk menyediakan pelayanan pendidikan yang murah terjangkau semua kalangan dengan sarana dan prasarana yang layak. Perguruan tinggi negeri yang diharapkan mampu menjawab masalah itu semua, ternyata juga sama. Biaya masih mahal dan membuat orang tua yang mempunyai ekonomi pas-pasan takut mengkuliahkan anaknya disana. Dan memilih memasukkan anaknya di kampus kecil di daerah yang sarana pendukungnya masih kurang. Tetapi banyak anak yang tetap memaksakan diri untuk nekad kuliah di luar kota tanpa melihat kondisi ekonomi keluarga. Ditambah jika mereka kuliah di kota besar biasanya biaya hidup mahal, pergaulan sangat komplek. Sehingga mereka harus dituntut dapat menutupi kekurangan biaya selama kuliah. Sehingga mereka terpaksa harus bekerja untuk menambah uang saku. Tetapi semua itu tidak diikuti jumlah pekerjaan yang tersedia dan meskipun ada tetapi tidak sesuai dengan keinginan para mahasiswa. Terutama mahasiswi mereka kadang tidak mau repot dan menginginkan yang serba instan. Sehingga mereka sering menhalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai ayam kampus. Mereka berpikir dengan cara inilah akan mendapatkan uang dengan mudah dan tidak memerlukan modal yang besar. Cukup dengan memanfaatkan keindahan dari tubuhnya.
            Sesuai masalah yang terurai di atas penulis merasa perlu untuk membuat makalah ini. Untuk itu penulis memberi makalah ini dengan judul “Kecenderungan mahasiswa memilih kerja sampingan sebagai ayam kampus”.

Rumusan Masalah
  1. Apakah pengertian dari mahasiswa?
  2. Apakah pengertian dari ayam kampus?
  3. Apakah alasan mahasiswa memilih kerja sampingan sebagai ayam kampus?
  4. Bagaimanakah manajemen kerja dari para ayam kampus?
  5. Apakah dampak yang ditimbulkan dari mahasiswa yang kerja sampingan sebagai ayam kampus?
  6. Apakah solusi untuk mengurangi mahasiswa yang memlih kerja sampingan sebagai ayam kampus

Pembahasan


1.      Pengertian Mahasiswa

            Di Indonesia banyak sekali perguruan tinggi, sehingga banyak sekali mahasiswa yang nota bene adalah agent of change. Banyak juga yang bilang kalau mahasiswa adalah penerus bangsa, dan cerminan bangsa dimasa depan. Bicara mengenai mahasiswa sebenarnya apa pengertian mahasiswa itu? Untuk menjawabnya banyak referensi tentang arti dari istilah mahasiswa itu sendiri, baik dari segi hukum, para doktor, dan pandangan masyarakat umum mereka punya arti yang tersendiri jika berbicara mengenai mahasiswa. Berikut penulis mencoba mencari tentang pengertian mahasiswa menururt berbagai kalangan.
Banyak sekali orang berbicara mengenai pengetian dari mahasiswa. Tidak ada yang menyatakan salah atau benar dari pendapat mereka yang menguraikan pengertian dari MAHASISWA. Dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 menyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.
Adapun orang mengatakan mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Dalam pengertian lain, MAHASISWA ( Manusia, akal, amanah, semangat, iman, senang, wajib, amal) yaitu seorang yang berkaitan dengan perguruan tinggi yang mempunyai harapan menjadi calon-calon cendekiawan dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
      Aktivis PMII mengatakan pengertian “Mahasiswa” sebagai golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
      Para ahli juga berpendapat mengenai pengertian mahasiswa diantaranya sarwono(1978) beliau mengatakan mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Tetapi penulis merasa kurang sependapat dengan beliau karena dia menyebutkan tentang batas usia mahasiswa yaitu 18-30 tahun. Karena berdasarkan kenyataannya banyak orang berusia diatas tersebut masih menjadi mahasiswa, baik itu S1, S2, maupun S3. Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi ( yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.
Susantoro (2003) mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan pemuda yang berumur antara 19-28 yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ketahap dewasa. Suantoro menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinasan dan sikap keilmuannya dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan obyektif, sistematis, dan rasional. Kenniston (dalam morgan dkk, 1986) mengatakan bahwa mahasiswa (youth) adalah suatu yang disebutya dengan “studenhood” (masa belajar)yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary dan sebelum masuk kedalam dunia kerja yang menetap. Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan mahasiswa sebagai orang yang belajar diperguruan tinggi.
Dari pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual.


            Lika-liku dunia perkuliahan sangat beragam.pergaulan yang semakin keras, terlebih di kota-kota besar seakan menjadi sebuah perkumpulan baru buat mereka. Banyak sekali identitas-identitas baru yang terbentuk sesuai dengan aktifitas mereka dikampus, baik itu positif maupun negatif. Salah satu adalah munculnya istilah dalam kampus yaitu AYAM KAMPUS. Mungkin diantara kita sering mendengar istilah ini. Tetapi kurang mengerti definisi dari ayam kampus. Berikut penulis akan menuliskan beberapa pengertiian ayam kampus dari berbagai pihak,
            Ayam kampus terdiri dari dua kata, yaitu: Ayam dan kampus Istilah ini lebih ditekankan kepada sifat ayam itu sendiri, khususnya dalam hal seks. Kalau ayam sudah mau ”kawin” (baca: berhubungan seks), dia tidak peduli dengan media, waktu, dan dengan siap dia berhubungan. Yang penting puas, hasrat tersalurkan, maka masalah selesai. Tidak ada resiko, dampak, apalagi pertanggung jawaban. Semuanya murni just for having fun. KampusKampus adalah tempat kegiatan perkuliahan diselenggarakan. Ada dua pendekatan: kampus sebagai asal para pelaku seks, atau kampus sebagai tempat mereka melakukan kegiatan seks. Penulis lebih sepakat dengan pendekatan yang pertama. pelaku seks tersebut adalah bagian integral dari sivitas akademika sebuah kampus, disempitkan lagi peserta didik (mahasiswa).
Jadi ayam kampus adalah pelaku free sex baik antara laki-laki dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki (homoseks), laki-laki dengan laki-laki maupun perempuan (biseksual), perempuan dengan perempuan (lesbian) yang memiliki ikatan akademis di sebuah lembaga pendidikan tertentu (diploma dan sarjana). Jenis kelamin bisa laki-laki ataupun perempuan. Motifnya tidak harus didorong oleh masalah ekonomi. Rata-rata pelaku free sex, sudah mengenal seks sejak usia sangat dini, usia SMA, bahkan bisa jadi lebih awal lagi. Mereka sudah pernah mendapatkan pengalaman seks dengan teman. Tetapi lebih banyak dengan pacar. Bisa dikatakan jarang ditemukan seorang pelajar laki-laki, memulai seks coba-cobanya dengan pelacur di sebuah lokasi prostitusi. Rata-rata setelah pacaran, melakukan hubungan seksual.
Dalam sebuah pertanyaan yang diunggah dalam situs id yahoo answer banyak sekali mendefinisikan arti dari ayam kampus diantaranya mengartikan ayam kampus sama dengan perek/jablay/bisyar (bisa dibayar) kampus. Tidak hanya itu ada juga yang mengatakan bahwa ayam kampus itu adalah mahasiswa yang kurang dapat berpikir jernih dan panjang, yang menjual diri seperti PSK. Dalam perspekti lain mengatakan ayam kampus itu PSK mahasiswi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ayam kampus diartikan sebagai mahasiswi yang merangkap sebagai pelacur. Penulis sendiri menyimpulkan dari beberapa pengertian diatas mengenai ayam kampus yaitu mahasiswa/mahasiswi yang bekerja dibidang prostitusi.

3.      Alasan memilih sebagai Ayam Kampus

             Mahasiswa yang tengah mengenyam pendidikan tinggi selayaknya tidak sekedar masuk kuliah atau mengikuti ujian sebagai syarat kelulusan. Mereka, yang akan segera terjun ke masyarakat untuk menerapkan ilmu yang dimiliki, tentu diharapkan juga bisa mengembangkan diri agar bisa menjadi sarjana yang berkualitas, kreatif, kritis dan bertanggung jawab.
Sungguh sayang. Pada kenyataannya, tidak semua kalangan terpelajar itu bisa mengikuti transformasi ilmu yang ditanamkan secara positif. Banyak di antara mereka yang justru terjebak pada perilaku tak bertanggung jawab, hal itu tercermin dari banyaknya kalangan mahasiswa yang terjebak pada obat-obatan terlarang atau narkoba hingga perilaku seks bebas. Selain itu, ada juga mahasiswi yang menyambil sebagai wanita penghibur atau dikenal dengan sebutan ayam kampus.
Apakah ada yang salah dengan sistim  pendidikan dinegara ini. Padahal apabila dilihat dalam UUD ’45 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “pemerintah mengusahakan dan meyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur  dengan UU”. Jika membaca dari UUD diatas terlihat bahwa sudah jelas sistim dari pendidikan kita. Tetapi penulis merasa dalam pelaksanaanya dirasa masih kurang masih memenuhi banyak sekali kekurangan. Itulah sebabnya banyak kalangan terpelajar yang terjebak dalam perilaku negatif. Salah satunya berprofesi sebagai ayam kampus. Keterlibatan mahasiswi–mahasiswi dalam bisnis seks itu tidak terlepas dari susunan kejiwaan dan lingkungan yang mempengaruhinya. Permasalahan ini dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu :

1. Faktor dari dalam diri mahasiswi (internal)
Faktor dari dalam diri mahasiswi ini berkaitan erat dengan keberadaan dirinya, yaitu keadaan badan dalam perkembangan dan keadaan kejiwaannya. Dari keadaan badan maupun jiwa yang tidak sehat dapat membawa mahasiswi ke arah perbuatan yang tidak baik dan jiwa yang tidak sehat akan tercermin dari tingkah laku atau perbuatan yang tidak baik pula.

2. Faktor dari luar diri mahasiswi (eksternal )
Faktor ini erat hubungannya dengan perkembangannya. Sehingga apabila faktor ini kurang baik, kemungkinan besar para mahasiswi akan berkarakter dan bermental kurang baik pula. Seperti kita ketahui di dalam kehidupan mahasiswi terdapat wadah–wadah yang dapat dipakainya untuk mengembangkan kepribadiannya. Wadah–wadah tersebut antara lain adalah lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat. Banyak sekali yang melatarbelakangi mereka memilih pekerjaan seperti ini. Berikut beberapa alasan yang mendorong mereka terjun dalam dunia ini.
  • Ada yang menyebut mereka karena salah pergaulan. Ini sangat mungkin terjadi. Terlebih dikota besar, banyak orang dengan berbagai karakter yang berbeda-beda berada disana. Sehingga orang mahasiswa yang tidak siap menghadapi ini semua dan salah dalam memilih teman sangat rentan terpengaruhnya. Terutama orang yang berasal bukan dari kota, mereka seakan menemukan dunia yang baru baginya. Sehingga kerap kali mudah dimasuki berbagai pengaruh.
  • Namun tidak sedikit mereka yang mengatakan karena terdesak kebutuhan hidup. ini biasa terjadi di kota-kota besar. Karena dengan biaya yang minim mereka harus membaginya untuk berbagai hal seperti tugas dan biaya hidup. karena hidup dikota berbeda dengan hidup di desa. Di kota semua harus menggunakan uang. Dan ditambah dengan barang-barang yang mahal.
  • Biaya kuliah yang semakin hari semakin mahal. Selain terbebani dengan biaya hidup yang tinggi, mereka harus mencari uang tambahan untuk biaya kuliah. Selain biaya pokok kuliah seperti spp, uang bangunan, biaya praktik dll, mereka harus menyediakan anggaran untuk biaya-biaya tugas yang jumlahnya tidak sedikit.
  • Masalah ekonomi, berbicara masalah ekonomi mungkin yang terlintas dipikiran kita selalu dalam hal kemiskinan. Tapi faktor ekonomi ini tidak mutlak kemiskinan atau kesulitan-kesulitan ekonomi yang biasa kita kenal, tetap sebagian banyak bahwa faktor ekonominya adalah bahwa keinginan seseorang untuk menunjukkan sebuah prestise kekayaan agar merasa ingin dihormati dan dipandang oleh masyarakat sekitarnya.
  • Pengaruh teman dekat. Teman dekat sangat besar pengaruhnya bagi setiap orang Dalam hal apapun di dalam hidup ini sering kali terjadi dalam setiap tindakan hidup seseorang kerena pengaruh teman dan seoranag teman yang lebih dekat dari pihak lain. Peran teman begitu dominan sebagai tempat untuk mengadu apabila seseorang mengalami kesedihan dan kejenuhan, dan sering kali teman sangat menentukan jalan hidup seseorang, dari situlah akhirnya seseorang yang sekarang terjerumus dalam perbuatan seperti itu yang lebih dikenal sebagai “Ayam Kampus”.
  • Tuntunan biologis, Ketika usia seseorang menginjak belasan tahun atau remaja, organ-organ reproduksi seseorang telah berkembang dan mulai bekerja ibarat listrik. Limbido sex mereka sudah mulai koneks, para remaja sudah mulai “bergetar” apabila berdekatan dengan lawan jenisnya dan inilah yang disebut pubertas. Pada masa ini para remaja akan mengalami sensasi sexual akibat perubahan mereka. Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan menjelaskan pubertas adalah periode perkembangan ketika anak-anak dari masa asekual menjadi seksual, dari penyebab itulah yang menyebabkan mereka terjerumus hingga sekarang ke dalam perbuatan haram tersebut. Seperti yang terjadi pada seorang cewek yang berusia 22 tahun dia mengungkapkan bahwa “yang terbesit dalam pikiran saya saat itu hanya rasa penasaran ingin mencoba melakukan ML (making love) bukan untuk menekuni profesi ini, tetapi pada akhirnya saya terjerumus hingga sekarang ke dalam dunia ini karena saya merasakan kenikmatan” ungkapnya.
  • Tidak bisa menerima keadaan dirinya. Kasus yang sering terjadi adalah tuntutan itu dipicu oleh tuntutan mode, atau keinginan untuk menyamakan akselerasi kompetisi budaya transisi. Mengapa demikian? Bisa jadi tuntutan mode tersebut lepas dari kalkulasi ekonomis orangtua sebagai donatur tunggal dalam proses akademik yang dijalani si anak. Misal, budget dana yang disediakan oleh orang tua hanya untuk kuliah saja. Sementara untuk keperluan lain mereka merasa masih kurang atau tidak cukup. Itulah salah satu alasan mereka melacurkan diri.
  • Padahal mahasiswa tersebut sebagai manusia adalah makhluk multi dimensional dan sedang berkembang menuju ke arah kedewasaan, sub-specie adolescenciae. Sebagai anak manusia yang mau menjadi manusia utuh maka tugasnya adalah melakukan transformasi diri sendiri melakukan identifikasi diri dan mengerti diri sendiri serta menerima diri.
  • Alkohol, Drugs dan Narkoba. Penggunaan narkoba biasanya linear dengan konsumsi alkohol. Seorang pecandu narkoba biasanya adalah seorang alkoholik. Aktivitas ini jelas mahal, baik dalam penyediaan alat-alatnya ataupun dalam proses rehabilitasinya. Kesimpulan untuk alasan ini, kemungkinan seseorang untuk melacurkan diri sangatlah besar. Bahkan tidak sedikit yang tidak peduli dengan tarif pelayanan yang dia berikan, cukup dibayar dengan beberapa biji pil saja.
  • Sex Untuk Pelarian. Untuk kalangan ini, pengikutnya mungkin ada walaupun tidak besar. Pola seks bebas ini biasanya hanya terbatas pada satu kelompok tertentu, dan berputar-putar diantara kelompok-kelompok itu saja. Biasanya seks untuk pelarian ini dilakukan dengan pacar, teman dekat, ataupun orang yang sudah dikenalnya dengan sangat baik.

Menurut salah satu penndapat yang penulis kutip dari forum diskusi di facebook, ada faktor lain yang lebih bahaya, yaitu dari faktor idealisme. Seperti halnya yaitu:
  1. Semakin gencarnya perkembangan globalisasi
  2. Tayangan-tayangan yang semakin “berani” dan memberi “teladan” ke arah itu
  3. Adanya indikasi ingin merusak moral seluruh generasi penerus agar tercipta dunia liberalis, apatis, kapitalis dan sebagainya.
setelah mengetahui berbagai alasan di atas diharapkan pihak-pihak yang terkait dapat melakukan kerja sama sehingga dapat mengurangi eksistensi dari ayam kampus itu sendiri.
            Eksistensi dari ayam kampus untuk saat ini memang sulit sekali untuk dihentikan. Berbagai faktor sangat mempengaruhi, semisal kurangnya pengwasan dari orang tua dan manajemen kerja mereka yang sangat rapi dan terorganisir secara professional. Intelektual muda penjaja cinta yang biasa orang bilang adalah “ayam kampus” prakteknya sembunyi-sembunyi bahkan dikalangan mahasiswi pun berlangsung dengan rapi. Di kampus, mereka menjalankan aktivitas kuliahnya seperti biasa “bahkan pakaiannya terkesan alim, tetapi ada juga yang tidak sungkan menunjukkan jati diri. Banyak cara yang dilakukan oleh para ayam kampus untuk menjaring para lelaki hidung belang dan cara yang dilakukan itu mengutamakan keamanan dan kerahasiaan, semua itu dilkukan agar kedok mereka tetap terjaga, dan mereka tidak melakukan aksi dan transaksinya di kampus demi menjaga dedok mereka melainkan ada tempat-tempat lain sebagai tempat mereka bertransaksi dan melakukan praktek dengan konsumen seperti halnya tempat mereka nongkrong.
Berita tersebut juga dibenarkan oleh sejumlah mahasiswa perguruan tinggi swasta yang juga kerap nongkrong di lokasi dimana para “Ayam Kampus” sering nongkrong dan berinteraksi. Tetapi selain bertransaksi di pusat-pusat perbelanjaan dan di cafe-cafe mereka juga bertransaksi lewat SMS atau pun telpon. Selain lewat SMS dan telpon mereka juga memiliki teman di salah satu diskotik dan karaoke untuk meminta pelanggan atau pun konsumen. Dari kalangan apa saja konsumen yang menggunakan jasanya.Kalau ditanya dari kalangan apa saja konsumennya, konsumennya dari berbagai kalangan mulai dari anak SMU, mahasiswa sampai pada orang dewasa atau yang biasa mereka sebut “om-om”. Karena yang mereka cari tidak hanya kenikmatannya saja tetapi juga uang. Mareka juga memilih-milih konsumen. Salah satu penjaja mengungkapkan bahwa dia tidak suka bila konsumennya dari mahasiswa karena anak kuliahan banyak maunya dengan biaya yang sedikit dan mainnya di kosan. Dia lebih suka dan tertarik dengan pria yang sudah dewasa atau yang sering mereka sebut “om-om” alasannya, uangnya banayak dan labih loyal sedangkan dengan mahasiswa dia tidak mau.
Tarif yang biasa mereka pasang, Tarif yang mereka pasang sangat berfariasai mulai dari Rp. 300 ribu hingga Rp. 700 ribu tergantung kondisi dan lamanya waktu booking tapi mungkin kalau si ceweknya kepepet bisa di nego sampai Rp. 200 ribu. Seperti pernyataan dari salah satu cewek yang berprofesi sebagai “Ayam Kampus”.
Tempat mereka biasa melakukan prakteknyaBanyak dan beragam tempat yang digunakan untuk praktek tersebut. Mulai dari kamar hotel hingga ke lokasi kos-kosan, tergantung dari kesepakatan antara konsumen dengan para ayam kampus tersebut.
Ada ayam kampus, ada pula brokernya. Melalui perantara ini lah si lelaki hidung belang mendapatkan koneksi untuk berkenalan dengan si mahasiswi. Bertindak sebagai perantara, biasanya selain teman dekat sesama mahasiswi, ada juga perempuan diluar kampus yang sengaja mencari fee dari bisnis lendir ini. Aksi kedua jaringan dalam mencari mangsa sama gesitnya. Para ayam kampus biasanya memasang tarif berbeda mulai Rp 200 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung sikon dan lamanya waktu booking. Kalau si om terlihat berkantong tebal plus royal, bisa saja si cewek meminta bayar lebih. Mereka ini biasanya ngincar om-om beduit. Kalau si ceweknya kepepet bisalah kali ya nego Rp 200 ribu hingga Rp 250.000 untuk sekali short time. Itu belum termasuk biaya sewa kamar hotel.
Banyak orang berkata bahwa ayam ini memang dasyat,selain harganya yang tinggi,rasa nikmat nya pun tiada tara,maka wajar kalau segalanya menjadi acungan jempol apalagi untuk para pejantan,gak peduli muda atau jompo. Menikmati ayam kampus,di buat sate atau opor,apalagi di beri bumbu malam dan gerimis, kemudian menyantapnya di pinggiran pantai atau hawa pengunungan bikin semakin terasa kepalang. Sayangnya untuk bisa membeli ayam kampus,tidak ada di pasar pedaging atau supermarket,bahkan di kampus kandangnya ayampun agak sulit. Seperti barang langka,dan hanya para kolektor saja yang setia menaruh alamat tempat membelinya di kolong ranjang tidur.
Selain dengan cara-cara diatas ada juga yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan dunia online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka. Prostitusi dunia Online yang sangat terbuka menjadi ladang bagi ayam-ayam kampus menjajakan diri. Ada yang lewat Chat ataupun membuat Profil di Friendster agar si calon pemakai jasa persetubuhan mereka dapat langsung melihat foto maupun jati diri si ayam kampus. Harga yang dipatok pun pasti lebih mahal dibanding dengan kupu-kupu malam didaerah pelacuran.
Demikianlah berbagai cara yang mereka lakukan. Mungkin masih banyak cara-cara lain yang mereka gunakan.
Tidak ada satu agama pun yang mengizinkan perbuatan para ayam kampus tersebut. Perbuatan mereka sudah melanggar norma-norma dan susila agama. Pekerjaan seks seperti mereka, apapun alasanya. Tidak dibenarkan oleh agama ddan merupakan zina besar dan bisa menghilangkan nasab seorang anak.
Belum lagi dampak yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas dan liar seperti itu. Hamil diluar nikah, penyakit kelamin dan kulit, yang bisa menularkan virus HIV dan penyakit AIDS. Berapa banyak janin yang digugurkan, berapa banyak bayi yang dibuang dan lahir tanpa diharapkan?
Dampak lain yang ditimbulkan dari perkerjaan yang mereka lakukan adalah hilangnya mahkota hidup yang sebenarnya tidak ternilai harganya karena mereka hanya mempunyyai satu kali kesempatan untuk memilikinya. Yaitu adalah keperawannanya. Sekali lagi, keperawanan bisa terjadi satu kali sebelum seseorang melakukan hubungan seksual dan dengan sendirinya jika sudah pernah melakukan hubungan seksual, tentunya tidak bisa kembali perawan seperti dahulu lagi, kecuali dengan operasi selaput dara.
Tubuh yang tidak lagi seksi, memiliki tubuh yang seksi merupakan dambaan setiap wanita. Hal ini bisa terjadi karena aktifitas seksual yang dilakukan secara berlebihan, penggunaan alat kontrasepsi serta dampak psikologis dimana ketika seseorang telah mendapatkan kebutuhan yang dia inginkan dan memenuhi apa yang ingin dia dapat, tentunya seseorang menjadi lebih nyaman sehingga ini bisa membut bentuk/postur tubuh menjadi lebih berkembang.
Perlu saya tekankan disini adalah perilaku-perilaku yang dilakukan selama melakukan aktifitas seksual seperti yang dilakukan oleh pekerja seks mempunyai resiko yang tinggi, misal : kehamilan yang tidak diinginkan atau bisa terkena penyakit / infeksi menular seksual jika tidak diketahui pasangannya tersebut sehat atau tidak. Aktifitas seks yang dilakuakan dengan berganti2 pasangan dan dengan frekuensi yang berlebihan juga dapat berisiko menimbulkan kanker mulut rahim.
Resiko yang lain adalah dampak psikologis, hal itu dikarenakan aktifitas ayam kampus ini dilakukan secara sembunyi2 dan jika nantinya diketahui oleh orang lain tentunya akan mendapatkan sanksi sosial dimana sesorang secara psikologis menjadi merasa dikucilkan oleh masyarakat.
Itulah beberapa dampak dari memilih kerja sampingan sebagai ayam kampus. Kita sebagai kaum intelek seharusnya lebih mengerti dan bijak dalam setiap kali bertindak. Sehingga dapat memberikan kemaslahatan bagi kita, bukan kemudharatan yang justru merugikan kita.
            Ada banyak hal yang harus kita lakukan sebagai beban moral untuk mahasiswi-mahasiswi yang masuk kejurang pelacuran ini. Jangan pandang mereka sebagai seorang pesakitan, namun ke arifan kita untuk memberikan sebuah solusi terbaik bagi merekalah yang diperlukan. Kiranya gambaran ini semua dapat membuka cakrawala berfikir kita mengenai fenomena ayam kampus di dunia kampus Indonesia. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah:
  1. Meningkatkan  pengawasan orang tua terhadap anaknya yang sedang kuliah, terlebih lagi jika kuliiah di luar kota.
  2. Mendukung anak mempunyai kesibukan yang positif. Seperti aktif diorganisasi karena dengan begitu tidak  waktu bagi si anak untuk melakukan kegiatan yang negative.
  3. Menyediakan pendidikan tinggi yang murah dan layak.
  4. Menginformasikan bahwa pekerjaan sebagai ayam kampus mempunyai dampak negatif pada suatu hari nanti.
  5. Membangun pondasi agama yang kuat pada usia dini sehingga kelak dewasa nanti dapat membentengi diri dari kelamnya pergaulan bebas.
  6. Menyediakan lapangan kerja sampingan yang sesuai dengan keadaan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk tidak perlu takut dan malu melakukan hal-hal baru  untuk menambah uang sakunya, seperti usaha kecil-kecilan.



Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang di harapkan untuk menuju ke suatu tujuan, dan tujuan-tujuan ini ditentukan oleh tujuan-tujuan akhir. Perguruan tinggi harus dikembangkan dan diarahkan untuk mendidik mahasiswa agar mampu meningkatkan daya penalaran, meguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan Negara.